Minggu, 27 Mei 2018

Masjid Saka Tunggal

-
Masjid Saka Tunggal

Nama Bangunan         : Masjid Saka Tunggal
Lokasi                                     : Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Banyumas,                         Kabupaten Banyumas Jawa Tengah



            Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, tentu memiliki sejarah yang cukup panjang.  Terdapat beberapa teori yang menjelaskan kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara. Sebagian menyebutkan Islam telah masuk ke Indoensia sejak abad ketujuh masehi. Ada pula yang mengatakan pada abad ke-13 Masehi. Cukup lamanya Islam hadir di Nusantara terbukti dari sejumlah masjid kuno dan bersejarah di Tanah Air.  Contohnya, Masjid Ampel di Surabaya yang didirikan pada tahun 1421, kemudian Masjid Agung Demak yang didirikan pada 1474, dan Masjid Wapauwe di Maluku yang didirikan pada 1414.
Nama resmi masjid ini adalah masjid Saka Tunggal Baitussalam,  tapi lebih populer dengan nama masjid saka tunggal karena memang Masjid ini hanya mempunyai saka tunggal (tiang penyangga tunggal). Saka tunggal yang berada di tengah bangunan utama masjid, saka dengan empat sayap ditengahnya yang akan nampak seperti sebuah totem, bagian bawah dari saka itu dilindungi dengan kaca guna melindungi bagian yang terdapat tulisan tahun pendirian masjid tersebut.

Masjid saka tunggal berukuran 12 x 18 meter ini menjadi satu satunya masjid di pulau Jawa yang dibangun jauh sebelum era Wali Sembilan (Wali Songo) yang hidup sekitar abad 15-16M. Sedangkan masjid ini didirikan tahun 1288M, 2 abad sebelum Wali Songo., dan sebelum Kerajaan Majapahit berdiri yang dimulai dengan penobatan Raden Wijaya sebagau Raja pertama Majapahit pada 10 November 1293. Sekaligus menjadikan Masjid Saka Tunggal Baitussalam sebagai Masjid Tertua di Indonesia.

Sejarah Masjid Saka Tunggal Baitussalam

Masjid saka tunggal berukuran 12 x 18 meter ini menjadi satu satunya masjid di pulau Jawa yang dibangun jauh sebelum era Wali Sembilan (Wali Songo) yang hidup sekitar abad 15-16M. Sedangkan masjid ini didirikan tahun 1288M, 2 abad sebelum Wali Songo., dan sebelum Kerajaan Majapahit berdiri yang dimulai dengan penobatan Raden Wijaya sebagau Raja pertama Majapahit pada 10 November 1293. Sekaligus menjadikan Masjid Saka Tunggal Baitussalam sebagai Masjid Tertua di Indonesia.

Masjid ini dibangun pada tahun 1288 Miladiyah sebagaimana angka yang terpahat di satu satunya tiang di dalam masjid ini. Maknanya Bahwa Masjid Saka Tunggal ini dibangun Sekitar lima abad setelah pembangunan Candi Borobudur, lima tahun sebelum Kerajaan Majapahit berdiri, dan dua abad sebelum era wali songo. Sampai saat ini Masjid Saka Tunggal (1288) ini tercatat sebagai masjid tertua di Indonesia.
Meskipun sejauh ini belum ditemukan informasi tentang keterkaitan masjid ini dengan Kerajaan Singosari (1222-1292), namun tahun pembangunan masjid ini (1288) adalah masa kekuasaan Kerajaan Singosari. Belum ada informasi juga tentang apakah wilayah Desa Cikakak di kabupaten Banyumas tempat masjid ini berdiri, pada saat itu juga merupakan wilayah Singosari atau bukan.
Catatan sejarah nasional menyebutkan aktvitas kerajaan tersebut berada di timur pulau Jawa termasuk peristiwa penyerbuan pasukan Kubilai Khan dari dinasti Yuan (china) ke tanah Jawa tahun 1293, dengan tujuan untuk menghukum Kertanegara, Raja Singosari yang telah melukai Meng Chi, utusan Kubilai Khan ke Singasari untuk meminta upeti. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang, Setelah Kediri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa, dan mendirikan Majapahit.
Sejarah Masjid Saka Tunggal (1288) senantiasa dikaitkan dengan Tokoh penyebar Islam di Cikakak, bernama Mbah Mustolih yang disebutkan hidup dimasa Mataram Kuno Dalam syiar Islam yang dilakukan, Mbah Mustolih menjadikan Cikakak sebagai "markas" dengan ditandai pembangunan masjid dengan tiang tunggal tersebut. Beliau dimakamkan tak jauh dari masjid Saka Tunggal.

Hal tersebut memang membingungkan mengingat bahwa Masjid ini dibangun tahun 1282 tahun setelah Mataram Kuno runtuh oleh serbuan Kerajaan Sriwijaya tahun 1006. Lagipula, sejarah kita mencatat bahwa Mataram Kuno menganut Agama Hindu bukan agama Islam. Kecuali bila yang dimaksud adalah: bahwa Mbah Mustolih adalah keturunan dari anggota keluarga kerajaan Mataram Kuno atau keturunan dari warga Mataram Kuno generasi kesekian yang sudah beragama Islam, dan kemudian menjadi penyebar Islam di Cikakak.

Pendiri Masjid Saka Tunggal
Pada masa ini belum dikenal arsitek maka dari itu arsitek pada masjid ini dan belum adanya sumber yang mengatakan bahwa arsitek dari masjid saka tunggal ini tetapi semua sumber mengatakan bahwa  Kiai Mustolih diyakini membangun Masjid Saka Tunggal ketika usianya sudah cukup sepuh. Dinamakan Masjid Saka Tunggal karena masjid tersebut memang hanya ditopang oleh satu pilar utama. Jadi, bisa dikatakan Masjid Saka Tunggal merupakan masjid dengan desain konstruksi yang unik.

Fungsi Masjid Saka Tunggal Pada Masa Dahulu



Selain fungsinya sebagai tempat ibadah di dalam sejarah menyebutkan bahwa Dalam syiar Islam yang dilakukan, Mbah Mustolih memang menjadikan Cikakak sebagai “markas” dengan ditandai pembangunan masjid dengan tiang tunggal tersebut. Beliau dimakamkan tak jauh dari masjid Saka Tunggal.


Fungsi Masjid Saka Tunggal Pada Masa Sekarang



Setelah sekian abad berselang, Masjid Saka Tunggal masih berdiri kokoh di Desa Cikakak, Banyumas, Jawa Tengah. Dan kini, masjid tersebut juga menjadi salah satu destinasi wisata Islami di daerah Banyumas. Tiket masuk kawasan Masjid Saka Tunggal hanya Rp. 2000 perorang dan setiap pembelian tiket, Anda diberi satu bungkus makanan monyet untuk memberi makan monyet disekitar Masjid Saka Tunggal. Disekitar Masjid Saka Tunggal ini banyak sekali monyet, pasalnya kawasan Masjid Saka Tunggal masih terletak di desa terpencil yang dekat dengan hutan.
Selain menikmati keunikan Masjid Saka Tunggal, Anda juga bisa menjumpai beberapa bangunan-bangunan rumah tua, diperkirakan usia rumah-rumah tersebut sudah sekitar ratusan tahun, terlihat dari desain rumah yang menyerupai bangunan-bangunan jaman kerajaan dulu. Walaupun sudah ratusan tahun, tetapi masyarakat sekitar masih tetap menjaga dan merawatnya. Masjid Saka Tunggal biasanya ramai pada saat-saat tertentu, seperti hari Jumat masjid Saka Tunggal ini sangat ramai dikunjungi para jamaah shalat Jumat. Pada Hari Raya Idhul Fitri, juga banyak wisatawan yang berkunjung ke mesjid ini untuk berekreasi, maupun untuk shalat Idul Fithri. Selain itu ada juga ritual Ganti Jaro, adalah ritual mengganti pagar bambu keliling Masjid Saka Tunggal, ritual ini diikuti oleh seluruh warga desa Cikakak.

Keunikan Masjid Saka Tunggal
Zikir seperti melantunkan kidung jawa
Keunikan masjid saka tunggal Banyumas, benar benar terasa di hari Jum’at. Selama menunggu waktu sholat jum’at dan setelah sholat jum’at, Jamaah masjid Saka Tunggal berzikir dan bershalawat dengan nada seperti melantunkan kidung jawa. Dengan bahasa campuran Arab dan Jawa, tradisi ini disebut tradisi ura ura.
Pakaian Imam dan muazin
Imam masjid tidak menggunakan penutup kepala yang lazimnya digunakan di Indonesia yang biasanya menggunakan peci, kopiyah, tapi menggunakan udeng/pengikat kepala. khutbah jumat disampaikan seperti melantunkan sebuah kidung.
Empat muazin sekaligus
Empat orang muazim berpakaian sama dengan imam, menggunakan baju lengan panjang warna putih, menggunakan udeng bermotif batik, dan ke empat muazin tersebut mengumandangkan adzan secara bersamaan.
Semuanya dilakukan berjama’ah
Uniknya lagi, seluruh rangkaian sholat jumat dilakukan secara berjamaah, mulai dari shalat tahiyatul masjid, kobliah juma’at, shalat Jumat, ba’diah jum’at, shalat zuhur, hingga ba’diah zuhur. Semuanya dilakukan secara berjamaah.
Tanpa Pengeras Suara
Masjid Saka Tunggal Baitussalam hingga saat ini masih mempertahankan tradisi untuk tidak menggunakan pengeras suara. Meski demikian suara azan yang dilantunkan oleh empat muazin sekaligus, tetap terdengar begitu lantang dan merdu dari masjid ini.
Ritual Penjarohan
Ritual Penjarohan digelar setiap tanggal 26 Rajab di halaman Masjid Saka Tunggal, Ritual ini sebagai bentuk rasa syukur dan sekaligus haul Mbah Mustalih pendiri Masjid Saka Tunggal dan seligus perayaan ulang tahun masjid Saka Tunggal Penjarohan berasal dari kata “jaroh”, yang artinya ziarah. Intinya adalah penghormatan kepada leluhur yang telah mendirikan desa dan masjid Saka Tunggal yang sampai sekarang menjadi pusat kegiatan peribadatan dan sosial mereka. Dalam ritual itu, mereka juga memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi keselamatan, kesehatan, dan rezeki yang melimpah.




Langgam Arsitektur

Salah satu keunikan Saka Tunggal adalah empat helai sayap dari kayu di tengah saka. Empat sayap yang menempel di saka tersebut melambangkan ”papat kiblat lima pancer”, atau empat mata angin dan satu pusat. Papat kiblat lima pancer berarti manusia sebagai pancer dikelilingi empat mata angin yang melambangkan api, angin, air, dan bumi. Saka tunggal itu perlambang bahwa orang hidup ini seperti alif, harus lurus. Jangan bengkok, jangan nakal, jangan berbohong. Kalau bengkok, maka bukan lagi manusia.




Sumber :
http://www.banyumasku.com/masjid-saka-tunggal-baitussalam/ http://bujangmasjid.blogspot.co.id/2010/08/masjid-saka-tunggal-masjid-tertua-di.html mlente.wordpress.com - Masjid Saka Tunggal Cikakak
http://wiedpatikraja.blogspot.com - Masjid Saka Tunggal
wongaboge.blogspot.com - sabtu-pahing-pengikut-aboge-lebaran
veronicasetiawati.blogspot.com - berkelana-di-kota-satria