-
Masjid
Saka Tunggal
Nama
Bangunan : Masjid Saka Tunggal
Lokasi : Desa
Cikakak, Kecamatan Wangon Banyumas, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah
Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat
Indonesia. Proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, tentu memiliki
sejarah yang cukup panjang. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan
kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara. Sebagian menyebutkan Islam telah masuk
ke Indoensia sejak abad ketujuh masehi. Ada pula yang mengatakan pada abad
ke-13 Masehi. Cukup lamanya Islam hadir di Nusantara terbukti dari
sejumlah masjid kuno dan bersejarah di Tanah Air. Contohnya, Masjid Ampel
di Surabaya yang didirikan pada tahun 1421, kemudian Masjid Agung Demak yang
didirikan pada 1474, dan Masjid Wapauwe di Maluku yang didirikan pada 1414.
Nama resmi masjid ini adalah masjid Saka Tunggal
Baitussalam, tapi lebih populer dengan nama masjid saka tunggal karena
memang Masjid ini hanya mempunyai saka tunggal (tiang penyangga tunggal). Saka
tunggal yang berada di tengah bangunan utama masjid, saka dengan empat sayap
ditengahnya yang akan nampak seperti sebuah totem, bagian bawah dari saka itu
dilindungi dengan kaca guna melindungi bagian yang terdapat tulisan tahun
pendirian masjid tersebut.
Masjid saka tunggal berukuran 12 x 18 meter ini menjadi satu
satunya masjid di pulau Jawa yang dibangun jauh sebelum era Wali Sembilan (Wali
Songo) yang hidup sekitar abad 15-16M. Sedangkan masjid ini didirikan tahun
1288M, 2 abad sebelum Wali Songo., dan sebelum Kerajaan Majapahit berdiri yang
dimulai dengan penobatan Raden Wijaya sebagau Raja pertama Majapahit pada 10
November 1293. Sekaligus menjadikan Masjid Saka Tunggal Baitussalam sebagai
Masjid Tertua di Indonesia.
Sejarah
Masjid Saka Tunggal Baitussalam
Masjid saka tunggal berukuran 12 x 18 meter ini menjadi satu
satunya masjid di pulau Jawa yang dibangun jauh sebelum era Wali Sembilan (Wali
Songo) yang hidup sekitar abad 15-16M. Sedangkan masjid ini didirikan tahun
1288M, 2 abad sebelum Wali Songo., dan sebelum Kerajaan Majapahit berdiri yang
dimulai dengan penobatan Raden Wijaya sebagau Raja pertama Majapahit pada 10
November 1293. Sekaligus menjadikan Masjid Saka Tunggal Baitussalam sebagai
Masjid Tertua di Indonesia.
Masjid ini dibangun pada tahun 1288 Miladiyah sebagaimana
angka yang terpahat di satu satunya tiang di dalam masjid ini. Maknanya Bahwa
Masjid Saka Tunggal ini dibangun Sekitar lima abad setelah pembangunan Candi
Borobudur, lima tahun sebelum Kerajaan Majapahit berdiri, dan dua abad sebelum
era wali songo. Sampai saat ini Masjid Saka Tunggal (1288) ini tercatat sebagai
masjid tertua di Indonesia.
Meskipun sejauh ini belum ditemukan informasi tentang
keterkaitan masjid ini dengan Kerajaan Singosari (1222-1292), namun tahun
pembangunan masjid ini (1288) adalah masa kekuasaan Kerajaan Singosari. Belum
ada informasi juga tentang apakah wilayah Desa Cikakak di kabupaten Banyumas
tempat masjid ini berdiri, pada saat itu juga merupakan wilayah Singosari atau
bukan.
Catatan sejarah nasional menyebutkan aktvitas kerajaan
tersebut berada di timur pulau Jawa termasuk peristiwa penyerbuan pasukan
Kubilai Khan dari dinasti Yuan (china) ke tanah Jawa tahun 1293, dengan tujuan
untuk menghukum Kertanegara, Raja Singosari yang telah melukai Meng Chi, utusan
Kubilai Khan ke Singasari untuk meminta upeti. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya
untuk mengalahkan Jayakatwang, Setelah Kediri runtuh, Raden Wijaya dengan
siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa, dan
mendirikan Majapahit.
Sejarah Masjid Saka Tunggal (1288) senantiasa dikaitkan
dengan Tokoh penyebar Islam di Cikakak, bernama Mbah Mustolih yang disebutkan
hidup dimasa Mataram Kuno Dalam syiar Islam yang dilakukan, Mbah Mustolih
menjadikan Cikakak sebagai "markas" dengan ditandai pembangunan
masjid dengan tiang tunggal tersebut. Beliau dimakamkan tak jauh dari masjid
Saka Tunggal.
Hal tersebut memang membingungkan mengingat bahwa Masjid ini
dibangun tahun 1282 tahun setelah Mataram Kuno runtuh oleh serbuan Kerajaan
Sriwijaya tahun 1006. Lagipula, sejarah kita mencatat bahwa Mataram Kuno
menganut Agama Hindu bukan agama Islam. Kecuali bila yang dimaksud adalah:
bahwa Mbah Mustolih adalah keturunan dari anggota keluarga kerajaan Mataram
Kuno atau keturunan dari warga Mataram Kuno generasi kesekian yang sudah
beragama Islam, dan kemudian menjadi penyebar Islam di Cikakak.
Pendiri Masjid Saka Tunggal
Pada masa ini
belum dikenal arsitek maka dari itu arsitek pada masjid ini dan belum adanya
sumber yang mengatakan bahwa arsitek dari masjid saka tunggal ini tetapi semua
sumber mengatakan bahwa Kiai Mustolih
diyakini membangun Masjid Saka Tunggal ketika usianya sudah cukup sepuh.
Dinamakan Masjid Saka Tunggal karena masjid tersebut memang hanya ditopang oleh
satu pilar utama. Jadi, bisa dikatakan Masjid Saka Tunggal merupakan masjid
dengan desain konstruksi yang unik.
Fungsi Masjid Saka Tunggal Pada Masa Dahulu
Selain
fungsinya sebagai tempat ibadah di dalam sejarah menyebutkan bahwa Dalam syiar
Islam yang dilakukan, Mbah Mustolih memang menjadikan Cikakak
sebagai “markas” dengan ditandai pembangunan masjid dengan tiang tunggal
tersebut. Beliau dimakamkan tak jauh dari masjid Saka Tunggal.
Fungsi Masjid Saka Tunggal Pada Masa Sekarang
Setelah
sekian abad berselang, Masjid Saka Tunggal masih berdiri kokoh di Desa Cikakak,
Banyumas, Jawa Tengah. Dan kini, masjid tersebut juga menjadi salah satu
destinasi wisata Islami di daerah Banyumas. Tiket
masuk kawasan Masjid Saka Tunggal hanya Rp. 2000 perorang dan setiap pembelian
tiket, Anda diberi satu bungkus makanan monyet untuk memberi makan monyet
disekitar Masjid Saka Tunggal. Disekitar Masjid Saka Tunggal ini
banyak sekali monyet, pasalnya kawasan Masjid Saka Tunggal masih terletak di
desa terpencil yang dekat dengan hutan.
Selain
menikmati keunikan Masjid Saka Tunggal, Anda juga bisa menjumpai beberapa
bangunan-bangunan rumah tua, diperkirakan usia rumah-rumah tersebut sudah
sekitar ratusan tahun, terlihat dari desain rumah yang menyerupai
bangunan-bangunan jaman kerajaan dulu. Walaupun sudah ratusan tahun, tetapi
masyarakat sekitar masih tetap menjaga dan merawatnya. Masjid Saka Tunggal
biasanya ramai pada saat-saat tertentu, seperti hari Jumat masjid Saka Tunggal
ini sangat ramai dikunjungi para jamaah shalat Jumat. Pada Hari Raya Idhul
Fitri, juga banyak wisatawan yang berkunjung ke mesjid ini untuk berekreasi,
maupun untuk shalat Idul Fithri. Selain itu ada juga ritual Ganti Jaro, adalah
ritual mengganti pagar bambu keliling Masjid Saka Tunggal, ritual ini diikuti
oleh seluruh warga desa Cikakak.
Keunikan Masjid Saka Tunggal
Zikir seperti
melantunkan kidung jawa
Keunikan masjid saka tunggal
Banyumas, benar benar terasa di hari Jum’at. Selama menunggu waktu sholat
jum’at dan setelah sholat jum’at, Jamaah masjid Saka Tunggal berzikir dan
bershalawat dengan nada seperti melantunkan kidung jawa. Dengan bahasa campuran
Arab dan Jawa, tradisi ini disebut tradisi ura ura.
Pakaian Imam dan muazin
Imam masjid tidak menggunakan
penutup kepala yang lazimnya digunakan di Indonesia yang biasanya menggunakan
peci, kopiyah, tapi menggunakan udeng/pengikat kepala. khutbah jumat
disampaikan seperti melantunkan sebuah kidung.
Empat muazin sekaligus
Empat orang muazim berpakaian
sama dengan imam, menggunakan baju lengan panjang warna putih, menggunakan
udeng bermotif batik, dan ke empat muazin tersebut mengumandangkan adzan secara
bersamaan.
Semuanya dilakukan
berjama’ah
Uniknya lagi, seluruh rangkaian
sholat jumat dilakukan secara berjamaah, mulai dari shalat tahiyatul masjid,
kobliah juma’at, shalat Jumat, ba’diah jum’at, shalat zuhur, hingga ba’diah
zuhur. Semuanya dilakukan secara berjamaah.
Tanpa Pengeras Suara
Masjid Saka Tunggal
Baitussalam hingga saat ini masih mempertahankan tradisi untuk tidak
menggunakan pengeras suara. Meski demikian suara azan yang dilantunkan oleh
empat muazin sekaligus, tetap terdengar begitu lantang dan merdu dari masjid
ini.
Ritual Penjarohan
Ritual Penjarohan digelar setiap
tanggal 26 Rajab di halaman Masjid Saka Tunggal, Ritual ini sebagai bentuk rasa
syukur dan sekaligus haul Mbah Mustalih pendiri Masjid Saka Tunggal dan seligus
perayaan ulang tahun masjid Saka Tunggal Penjarohan berasal dari kata “jaroh”,
yang artinya ziarah. Intinya adalah penghormatan kepada leluhur yang telah
mendirikan desa dan masjid Saka Tunggal yang sampai sekarang menjadi pusat
kegiatan peribadatan dan sosial mereka. Dalam ritual itu, mereka juga
memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi keselamatan, kesehatan,
dan rezeki yang melimpah.
Langgam Arsitektur
Salah satu
keunikan Saka Tunggal adalah empat helai sayap dari kayu di tengah saka. Empat
sayap yang menempel di saka tersebut melambangkan ”papat kiblat lima pancer”,
atau empat mata angin dan satu pusat. Papat kiblat lima pancer berarti manusia
sebagai pancer dikelilingi empat mata angin yang melambangkan api, angin, air,
dan bumi. Saka tunggal itu perlambang bahwa orang hidup ini seperti alif, harus
lurus. Jangan bengkok, jangan nakal, jangan berbohong. Kalau bengkok, maka
bukan lagi manusia.
Sumber :
http://www.banyumasku.com/masjid-saka-tunggal-baitussalam/ http://bujangmasjid.blogspot.co.id/2010/08/masjid-saka-tunggal-masjid-tertua-di.html mlente.wordpress.com
- Masjid Saka Tunggal Cikakak
http://wiedpatikraja.blogspot.com - Masjid Saka Tunggal
indosiar.com - Gelar Ritual Ganti Jaro,
Masjid Saka Tunggal Dipadati Warga
wongaboge.blogspot.com - Warga Saka Tunggal Gelar
Ziarah Jelang Ramadhan
wongaboge.blogspot.com - sabtu-pahing-pengikut-aboge-lebaran
veronicasetiawati.blogspot.com - berkelana-di-kota-satria
nasional.kompas.com - Penjarohan, Ritual Unik
Desa Cikakak